Rabu, 05 September 2018

sistem pendidikan di jepang

Posted by learningjpnlesson on September 05, 2018 with No comments
Sistem Pendidikan di Negara Jepang
Pendidikan di Jepang dipegang tiga lembaga pengelolaan yaitu :
  1. Pemerintah Pusat
  2. Pemerintah Daerah
  3. Swasta.
Dengan sistem admistrasi pendidikan dibangun atas empat tingkatan yaitu :
  1. Sistem administrasi pusat
  2. Sistem administrasi prefectural (Provinsi dan Kabupaten)
  3. Sistem administrasi municipal (Kabupaten dan Kecamatan)
  4. Sistem administrasi sekolah.
Masing-masing sistem administrasi tersebut memiliki tingkatan dan perananya dan kewenangannya masing-masing untuk saling mengisi dan berkerjasama dalam mengatur setiap sistem administrasi pada pendidikan Jepang. Di samping itu terjalin kohesi yang baik antara pemerintah, kepala sekolah, guru, murid dan orang tua sehingga dukungan terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan berlangsung dengan baik.
Selain itu bisa dikatakan bahwa sistem pendidikan pada negara Jepang memiliki kemiripan pada sistem pendidikan di negara kita dimana jenjang pendidikannya melalui 4 tahap secara umum yaitu 6-3-3-4 artinya siswa harus melewati 6 tahun untuk tahap pendidikan dasar, 3 tahun Sekolah Menengah Pertama, 3 tahun Sekolah Menengah Atas, 4 tahun Perguruan Tinggi. Hal tersebut dikarenakan karena negara kita merupakan negara bekas jajahan Jepang sehingga sebagian sistem pendidikan negara Jepang masih diterapkan di negara kita dengan sedikit perubahan dimana negara kita lebih memfokuskan pada pelajaran logika dan penilaian hasil akhir semester sebagai penentu kelulusan siswa sedangkan di negara Jepang lebih difokuskan pada pengembangan watak kepribadian dalam kaitannya terhadap kehidupan sehari-hari dan penilaian ditentukan oleh guru/dosen kelas dengan melihat kinerja belajar siswa sehari-hari sebagai penentu kelulusan. Perlu kita ketahui bahwa sistem pendidikan Jepang dibangun atas dasar prinsip-prinsip:
1.    Legalisme: Pendidikan di Jepang tetap mengendepankan aturan hukum dan melegalkan hak setiap individu untuk memperoleh pendidikan tanpa mendiskriminasikan siapapun, suku, agama, ras, dan antar golongan berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
2.    Adminstrasi yang Demokratis: Negara memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk memperoleh pendidikan dengan biaya yang masih terjangkau oleh masyarakatnya. Biaya pendidikan Jepang di usahakan untuk bisa dijangkau sesuai keuangan masyarakatnya, memberikan beasiswa bagi siswa yang berprestasi ataupun kurang mampu.
3.   Netralitas: Pendidikan Jepang diberikan kepada setiap siswa dengan tingkat pendidikan masing-masing dengan mengedepankan pandangan persamaan derajat setiap siswanya tanpa membeda-bedakan latar belakang materil, asal-usul keluarga, jenis kelamin, status sosial, posisi ekonomi, suku, agama, ras, dan antar golongan.
4.  Penyesuaian dan penetapan kondisi pendidikan: Dalam proses pengajaran memiliki tingkat kesulitan masing-masing yang disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pendidikan yang ditempuh.
5.   Desentralisasi:  Penyebaran kebijakan-kebijakan pendidikan dari pemerintah pusat secara merata kepada seluruh sekolah yang ada dinegara tersebut sehingga perkembangan dan kemajuan sistem pendidikan sehingga dapat diikuti dengan baik.
Tujuan-tujuan yang menjadi target yang ingin dicapai pendidikan Jepang yaitu :
1.   Mengembangkan kepribadian setiap individu secara utuh.
2.   Berusaha keras mengembangkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas baik  
pikiran maupun jasmani.
3.   Mengajarkan kepada setiap siswa agar senantiasa memelihara keadilan dan kebenaran.
4.   Setiap siswa dididik untuk selalu menjaga keharmonisan dan menghargai terhadap lingkungan sosialnya.
5.    Setiap siswa dituntut untuk disiplin, menghargai waktu, dan memiliki etos kerja.
6.    Pengembangan sikap bertanggungjawab terhadap setiap pembebanan pelajaran dan tugas yang diberikan kepada siswa sesuai dnegan tingkat pendidikannya masing-masing.
7.   Meningkatkan semangat independen setiap siswa untuk membangun negara dan menjaga perdamaian dunia.
Struktur dan Jenis Pendidikan di Jepang
Secara umum tidak ada perbedaan antara struktur pendidikan di Jepang dengan di Indonesia yang terdiri atas Taman kanak-kanak, Pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi dan pendidikan non formal. Pendidikan Jepang terdiri atas sistem 6-3-3-4 dimana siswa wajib mengemban :
1.            6 tahun Sekolah Dasar (Shōgakkō)
2.            3 tahun Sekolah Menengah Pertama (Chūgakkō)
3.            3 tahun Sekolah Menengah Atas (Koutougakkou)
4.            4 tahun atau lebih untuk jenjang Perguruan Tinggi (Daigaku).


Pembagian tingkat pendidikan Jepang memiliki persamaan dengan negara Indonesia dimana siswa harus melewati jenjang 9 tahun wajib bersekolah dan melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi yaitu Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi. Jepang juga menyediakan pendidikan lembaga Taman Kanak-kanak yang lebih ditekankan pada pendidikan terhadap pelatihan dan kebiasaan sehari-hari anak usia dini.
1. Taman Kanak-Kanak (Youchien)
Tujuan TK tercantum dalam artikel no 77 UU Pendidikan Jepang. TK atau youchien bertujuan untuk mengasuh anak-anak usia dini, memberikan lingkungan yang layak bagi perkembangan jiwa anak. Untuk mencapai tujuan tersebut dijelaskan tata caranya :
1.       Merancang pendidikan yang mengembangkan fungsi tubuh dan jiwa secara harmoni melalui pembiasaan pola hidup yang sehat, aman dan menyenangkan.
2.       Menumbuhkan semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerjasama.
3.       Mengenalkan kehidupan sosial dan membina kemampuan bersosialisasi
4.       Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat berkomunikasi dengan sesamanya.
5.       Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.
Sekitar 63% anak-anak dijepang memulai pendidikan dengan Taman Kanak-kanak. Usia masuk taman kanak-kanan adalah 3-5 tahun. Pendidikan Taman kanak-kanak berada di bawah naungan kementrian pendidikan Jepang (MEXT). Kurikulum TK ditetapkan oleh masing-masing sekolah dengan cara musyawarah antar sekolah dan mempertimbangkan petunjuk pemerintah. Setiap taman kanak-kanak harus mengembangkan kurikulum yang cocok untuk tahap perkembangan anak-anak dan masyarakat setempat. Setiap kurikulum yang disusun harus mengikuti persyaratan hukum yang berlaku. Berikut ini beberapa pedoman dalam menyusun kurikulum TK di jepang:
1.      Tujuan dan isi kurikulum harus mencerminkan tujuan pendidikan Taman kanak-kanak. Tujuan pendidikan taman kanak-kanak adalah mengajarkan kebiasaan dan sikap dasar sehat, membantu anak-anak belajar untuk mencintai dan mempercayai orang, mengembangkan kemandirian, kerjasama, dan sikap moral yang baik, mengembangkan sikap ketertarikan terhadap alam dan lingkungan mereka, mengembangkan keterampilan mendengar dan berbicara, dan pemahaman bahasa, serta memupuk kepekaan dan kreativitas melalui berbagai pengalaman.
2.      Kurikulum dirancang dengan mempertimbangkan masa lalu anak dan masa depan yang akan dibangun.
3.      Kurikulum harus dirancang dengan pandangan jangka panjang dari anak-anak masuk sampai menyelesaikan pendidikan TK. Hal ini bertujuan memberikan kenangan yang indah kepada anak selama mengikuti pendidikan di Taman Kanak-kanak. Jumlah minimum belajar dalam satu tahun adalah sembilan puluh minggu kecuali dalam keadaan khusus.
4.      Jumlah standar belajar di TK adalah empat jam perhari.
Pendidikan Taman kanak-kanak di jepang dilaksanakan oleh pemerintah (TK Negeri) maupun oleh TK swasta. Persamaan dan perbedaan pola pendidilan TK negeri dan swata adalah: Syarat masuk TK Tinggal di lingkungan TK, berusia 3-5 tahun Berusia 3-5 tahun. Waktu belajar Dari jam 9 pagi sampai jam 2 siang. Libur pada hari sabtu dan minggu. Tergantung dari TK yang bersangkutan. Pendaftaran Dari bulan oktober sampai pertengahan November Dari bulan oktober sampai pertengahan November. Biaya Biaya masuk dan perawatan pendidikan Biaya ujian, biaya masuk, perawatan pendidikan dan sumbangan pendidikan
2. Sekolah Dasar (Shōgakkō)
Pendidikan 9 tahun dari SD hingga SMP merupakan pendidikan wajib yang harus diikuti oleh setiap siswa yang ada di Jepang dimana pendidikan tersebut menjadi dasar-dasar pembentukan kepribadian, watak, dan prilaku. Sehingga pemerintah Jepang sengaja membebaskan biaya pendidikan untuk tingakat SD hingga SMP. Pendidikan wajib di Jepang diikuti oleh siswa yang berusia 6-15 tahun. Setiap tanggal 1 April Sekolah Dasar di Jepang mulai membuka tahun ajaran baru dan membuka pendaftaran bagi para calon-calon siswa tingkat Sekolah Dasar.
Pada Sekolah Dasar, murid-murid akan diajarkan bahasa Jepang, pengenalan lingkungan hidup, musik, menggambar, olahraga, kerajinan tangan, pelajaran-pelajaran topik, ilmu-ilmu sains, aritmatik, homemaking, dan sosial. Pada pelajaran mengenai ilmu sosial murid-murid Sekolah Dasar ini diberikan pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dll. Pada Sekolah Dasar dipimpin oleh seorang guru kelas yang menguasai seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan kepada para siswanya.
Jepang menerapkan wajib belajar sembilan tahun. Rentang usia pendidikan dasar 6 sampai 15 tahun. Seperti halnya di Indonesia wajib belajar di Jepang terdiri dari SD dan SMP. Lain dengan Indoneia wajib belajar sembilan tahun benar-benar ditekankan oleh pemerintah kepada semua penduduk yang tinggal di Jepang baik warga negara Jepang maupun warga negara asing. Setiap orang tua yang mempunyai anak berusia 6-15 tahun harus menyekolahkan anaknya. Apabila terdapat orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya maka sanksi hukum dapat dikenakan kepada orang tua tersebut. Sekolah Dasar di Jepang 97% adalah sekolah negeri. Biaya pendidikan sebagian besar ditanggung pemerintah seperti biaya masuk, biaya pengajaran dan buku sekolah dengan fasilitas sekolah yang lengkap. Orang tua hanya menyediakan fasilitas lainnya seperti perlengkapan sekolah, makan siang dan biaya piknik
Usia awal masuk sekolah dasar adalah 6 tahun, dengan lama pendidikan di sekolah dasar 6 tahun. Kelas di Jepang akan ditentukan berdasarkan usia anak per bulan April. Kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 07.15 sampai dengan 15.00 dan tidak boleh diantar maupun dijemput oleh orang tua. Tidak seperti di Indonesia, anak-anak tidak memakai seragam ke sekolah. Pakaian anak-anak Jepang ke Sekolah Dasar adalah bebas.
Tujuan pendidikan dasar di Jepang adalah menyempurnakan karakter, karena itu pendidikan Jepang menekankan pada etika, seni, olahraga, dan pengetahuan umum. Pelajaran umum yang diberikan juga tidak mengacu kepada kurikulum, namun disesuaikan dengan kondisilingkungan dan anak. Pengetahuan umum di sekolah Jepang antara lain pelajaran menanam padi, koperasi atau pelajaran koordinasi, dan seni. Pendidikan di sekolah dasar (SD) lebih menitikberatkan pada pengembangan mental. Karena itu, pelajaran yang diberikan adalah ketrampilan, sosial (bersosialisasi dengan teman), rumah tangga, bahasa nasional, pelajaran berhitung, pengetahuan alam (mengenal alam dan lingkungan), seni, olahraga, dan lompat tali.
Guru Sekolah Dasar di Jepang memiliki tingkat pendidikan sarjana dan memiliki sertifikat mengajar kelas satu. Setelah mendapatkan sertifikat mengajar, hambatan bagi seorang guru di sekolah umum adalah lulus ujian yang ditetapkan oleh prefektur agar menjadi seorang guru. Setelah lulus dari ujian ini maka guru dapat bekerja di semua sekolah di prefektur. Namun, lisensi ini hanya berlaku untuk satu tahun dan selanjutnya harus mengikuti ujian lagi.

3. Sekolah Menengah Pertama (Chūgakkō)
Murid SMP diajarkan pendidikan bahasa Jepang, bahasa Inggris, bahasa asing, ilmu-ilmu sosial, matematika, sains, musik, kesehatan, pendidikan jasmani, seni, industri, kesejahtraan keluarga, homemaking. Semua pelajaran tersebut diberikan pada hari-hari berbeda dalam seminggu tanpa ada pengulangan mata pelajaran yang sama dalam seminggu. Pada pelajaran mengenai ilmu sosial murid-murid SMP juga diberikan pendidikan moral, berpartisipasi dalam aktivitas sosial, dll. Setiap mata pelajaran di kelas dipimpin oleh guru-guru yang berbeda sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. Untuk pendidikan wajib (SD dan SMP) tidak dikenakan biaya apapun terkecuali untuk biaya makan siang, kunjungan lapangan, tamasya, dan alat tulis menjadi tanggungan orang tua murid masing-masing.
Pada pendidikan wajib Jepang memiliki prosedur yang sama dengan negara Indonesia dimana siswa harus melewati jenjang secara bertahap, murid tidak diperbolehkan mengambil jenjang keatas sebelum tuntas pelajaran, murid bisa tinggal kelas apabila tidak memenuhi nilai-nilai yang layak atau dianggap belum mampu menguasai ilmu-ilmu yang diberikan guru kelas.
Pendidikan menengah di Jepang terdiri dari dua level yaitu SMP dan SMA. SMP merupakan wajib belajar. Seperti halnya di SD, SMP-SMP jepang 97% merupakan sekolah negeri dan hanya 3% saja yang dikelola oleh swasta. Sekolah-sekolah yang dikelola oleh swasta biasanya memiliki ciri khas seperti keagamaan. Guru di sekolah Menengah Pertama mempunyai pendidikan sarjana dengan sertifikat kelas dua. Seperti halnya di sekolah dasar sertifikat hanya berlaku selama satu tahun selebihnya harus mengikuti ujian kembali.
Sejalan dengan pendidikan di Sekolah Dasar pendidikan di SMP bertujuan menitikberatkan pada pendidikan mental dengan tingkatan yang lebih tinggi. Pada level ini siswa diberikan pembelajaran vokasional dan bahasa. Mata pelajaran terdiri atas mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran pilihan bersifat ”efektif” dan yang paling banyak digunakan adalah bahasa Inggris. Beberapa mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Menengah Pertama adalah bahasa nasional, sosial,
etika, bahasa Inggris, pengetahuan alam, olahraga, menulis, lompat tali, seni, koperasi, renang, dan lari jarak jauh.
Pemerintah jepang sangat peduli dengan wajib belajar sembilan tahun. Usaha pemerintah jepang agar seluruh anak di jepang dapat bersekolah sampai SMP tidak memandang apakah anak tersebut warga negara jepang maupun warga negara asing yang sedang berada di Jepang. Secara otomatis kantor kelurahan akan memanggil orang tua yang memiliki anak dalam usia wajib belajar. Berikut ini adalah proses yang harus dilakukan oleh warga asing jika mempunyai anak dalam usia wajib belajar
1) Menentukan alamat tempat tinggal
2) Mendaftarkan kependudukan warga negara asing
3) Menerima kartu kependudukan warga negara asing
4) Mendaftarkan untuk masuk sekolah pada kantor kelurahan setempat
5) Menerima surat ijin masuk sekolah dari departemen pendidikan kelurahan setempat.

4. Sekolah Menengah Atas (Koutougakkou)
Untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat SMA setiap calon siswa harus mengikuti ujian saringan masuk pada SMA tujuan masing-masing. Tamatan SMP dapat melanjutkan ke SMA dengan mengikuti seleksi yang diadakan oleh masing-masing sekolah. Hampir 90% tamatan Sekolah Menengah Pertama di Jepang melanjutkan ke SMA. Karena ujian tersebut dikatakan cukup sulit makan setiap calon siswa yang akan mengikuti ujian saringan masuk disarankan untuk mengikuti bimbingan belajar di sebuah lembaga khusus seperti di juku atau yobiko untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapan siswa pada tes saringan masuk menuju jenjang SMA.
Ada tiga jenis SMA di Jepang yaitu sekolah negeri yang diatur oleh pemerintah pusat, sekolah negeri yang diatur pemerintah propinsi dan sekolah swasta yang diatur oleh lembaga hukum swasta. Biaya pendidikan untuk tingkat SMA ditanggung oleh masing-masing individu karena pendidikan di SMA tidak termasuk pendidikan dasar. Kualifilasi guru SMA dijepang adalah berpendidikan Magister dengan sertifikat mengajar kelas satu, sedangkan guru yang berpendidikan Doktor mempunyai sertifikat kelas dua.
Kurikulum di SMA diatur oleh masing-masing sekolah dengan mengikuti aturan pemerintah. Kebebasan untuk meramu kurikulum di masing-masing sekolah sangat terbatas namun memungkinkan tiap daerah dan sekolah mempunyai ciri khas tersendiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat membuat kurikulum untuk SMA adalah menetapkan tujuan sekolah, mempelajari standar kurikulum dan korelasinya dengan tujuan sekolah, menyusun mata pelajaran wajib dan pilihan serta mengalokasikan hari efektif sekolah dan jam belajar. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi bahasa Jepang, bahasa Inggris, Matematika, Sejarah, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian, IPA, Mata pelajaran terpadu serta Home room. Tiap sekolah memiliki kebebasan meramu pelajaran pilihan khususnya untuk kelas 2 dan 3 dengan jumlah kredit rata-rata adalah 30 untuk setiap jenjang. 
Berikut ini adalah contoh kurikulum yang diterapkan di SMA Nakamura sebuah SMA Negeri dan favorit di Jepang. SMA Nakamura adalah SMA yang menganut sistem mata pelajaran waktu penuh dengan hari belajar dari Senin sampai Jumat. Tujuan sekolah adalah untuk mengarahkan lulusannya melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Seperti halnya SMA lainnya di Jepang, jam pelajaran pertama dimulai pada pukul 8:45 dan berakhir pada pkl 15.15. Terdapat 31 jam pelajaran selama 5 hari belajar yaitu 6 jam setiap harinya kecuali hari Rabu. Waktu belajar mengajar setiap jam belajarnya adalah 50 menit. Mata pelajaran yang diajarkan meliputi: Bahasa Jepang, Geografi/ Sejarah, Pendidikan Kewarganegaraan, matematika, Pendidikan Jasmani dan OR, Pendidikan Seni, Bahasa Asing (Bahasa Inggris), Pendidkan Kesejahteraan Keluarga, dan Mata pelajaran terpadu. Ujian diadakan sebanyak 5 kali yaitu pada bulan Mei, Juli, Oktober, Desember dan Februari. Tahun ajaran baru dimulai pada bulan April dan diakhiri bulan pertengahan Juli. Salah satu ciri khas SMA Nakamura adalah Reading Session yang diperuntukkan untuk kelas 1 dan 2. Pada kegiatan ini masing-masing kelas dianjurkan untuk memilih satu buku yang akan didiskusikan bersama dalam kelas. Tujuan kegitan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang luas dan saling pengertian antar siswa dalam mengeluarkan pendapat.


Pendidikan tingkat ini terbagi atas 3 jenis kelas :
A. Full Time
Berlangsung selama 3 tahun penuh, sesuai dengan Sekolah Menengah Atas pada umumnya dan rata-rata siswa Jepang memilih pendidikan Full Time seperti ini. Siswa dituntut harus mengikuti 80 kredit mata pelajaran, siswa kelas satu harus mengikuti mata pelajaran wajib, sedangkan untuk siswa kelas dua dan tiga diperbolehkan memilih 4 mata pelajaran wajib ditambah 14 kredit mata pelajaran sesuai dengan kebutuhannya pada perencanaan karier masa depannya.
B. Part Time 
Pendidikan ini diberikan pada waktu malam hari disesuaikan dengan waktu yang dimiliki mahasiswa yang mengikuti kerja part time dan dianggap setara dengan Diploma dan memakan waktu lebih dari 3 tahun. Jenis pendidikan ini hanya berlaku di universitas pada kelas-kelas karyawan seperti di Indonesia. Part Time pada pendidikan Jepang terbagi menjadi dua kelas yaitu:
  1. Daytime Part Time Course : Siswa dinyatakan lulus apabila telah mengambil mata kuliah sebanyak 74 kredit. Dalam menempuh pendidikan tersebut siswa dapat menghabiskan waktu selama empat hingga 6 tahun dibangku sekolah, mata pelajaran yang ditawarkan berupa mata pelajaran berupa pilihan dengan sistem belajar menyerupai pola pembelajaran di universitas dimana siswa tersebut menentukan sendiri mata pelajaran yang akan diambil pada setiap semesternya. Sehingga jenis pendidikan ini dapat dikatakan setara dengan Diploma.
  2. Evening Part Time Course : Siswa dinyatakan lulus apabila telah menempuh 74 kredit mata pelajaran sama seperti pendidikan Daytime Part Time Course dengan lama waktu pendidikan sekitar tiga hingga 4 tahun. Jenis pendidikan ini diperuntukan bagi siswa yang bekerja pada siang hari sehingga siswa dapat mengambil kelas pada waktu sore ataupun malam disesuaikan dengan waktu kerjanya.



C. Correspondence
Jenis pendidikan ini merupakan kombinasi antara Full Time dan Part Time dengan menawarkan cara pembelajaran yang khas yaitu siswa tidak perlu setiap hari menghadiri pelajaran dikelas dan cukup hadir tiga kali dalam satu bulan dengan kredit yang harus dikumpulkan sebanyak 74 kredit, course ini juga diperuntukan bagi siswa yang hanya ingin sekedar belajar dan meningkatkan pengetahuan tanpa berniat untuk mendapatkan ijazah atau kelulusan. Rata-rata yang mengambil course ini siswa-siswa yang berusia sekitar 15-30 tahun.
 Tugas siswa pada course ini lebih ditingkatkan pada pembelajaran sendiri dirumah. Siswa diberikan tugas-tugas yang diselesaikan dirumah berdasarkan buku panduan, dengan tetap mengikuti ujian pada tiap-tiap semester. Tugas membuat laporan menentukan nilai siswa tersebut dan tugas dikirimkan melalui pos ke sekolah dan guru akan segera menilai hasil pekerjaan yang dibuat oleh siswa-siswanya. Setelah pemeriksaan guru akan mengirim balik hasil tugas tersebut disertai dengan penilaian. Untuk mendaftar pada jenis pendidikan ini setiap calon siswa harus mengikuti tes.
Jurusan pada SMA di Jepang dikategorikan kedalam beberapa jenis yaitu jurusan umum (akademis), pertanian, teknik, perdagangan, perikanan, ekonomi, dan perawatan. Semua jursan tersebut disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di negara tersebut.
5. Pendidikan Tinggi (Daigaku)
Ada tiga jenis pendidikan pada Perguruan Tinggi Jepang :

A. Universitas
Pada universitas terdapat pendidikan untuk menempuh gelar sarjana S1 bergelar Bachelor’s Degree ditempuh selama 4 tahun (untuk mahasiswa kedokteran dan dokter gigi menempuh pendidikan selama 6 tahun) dan Pascasarjana S2 Master’s Degree ditempuh selama 2 tahun dan S3 Doctor’s Degree ditempuh selama 5 tahun.
B.Junior College
Membutuhkan waktu sekitar tiga hingga 4 tahun masa pendidikan bagi para lulusan SMA. Junior College cukup memenuhi setengah dari kredit yang harus ditempuh Bachelor’s Degree. Calon-calon mahasiswa Universitas dan Junior College dipilih berdasarkan hasil ujian serta prestasi calon-calon mahasiswa ketika berada di SMA. Untuk universitas negri calon-calon mahasiswa dipilih berdasarkan dua tahap penyeleksian yaitu tes gabungan kecakapan dan ujian masuk universitas sebagai tahap akhir penyeleksian.
C.Technical College
Dapat diambil bagi calon mahasiswa yang tamat pendidikan SMP. Technical College menghasilkan lulusan-lulusan tenaga teknisi. Bagi mahasiswa asing disajikan lima jenis pemilihan pendidikan yaitu :
  1. Program Sarjana : Ditempuh selama 4 tahun seperti pendidikan pada universitas reguler umumnya sedangkan jurusan kedokteran harus menempuh pendidikan selama 6 tahun.
  2. Pascasarjana : Terdiri atas program Master, Doktor, Mahasiswa Peneliti (mahasiswa yang diizinkan selama satu semester ataupun 1 tahun melakukan penelitian tanpa memperoleh gelar), Mahasiswa Pendengar, dan Pengumpul Kredit mata kuliah.
  3. Diploma : Menempuh pendidikan selama 2 tahun. 60% dari program ini diperuntukkan bagi pelajar perempuan dan mengajarkan bidang-bidang seperti kesejahteraan keluarga, sastra, bahasa, kependidikan, kesehatan, dan kesejahteraan.
  4. Special Training Academy : Merupakan lembaga pendidikan yang mengajarkan bidang-bidang khusus seperti ketrampilan dalam membuka usaha dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan lama pendidikan 1-3 tahun.
  5. Sekolah Kejuruan : Program khusus bagi tamatan SMP dengan masa pendidikan 5 tahun dengan tujuan menghasilkan teknisi-teknisi yang handal dan mau mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman.

6. Pendidikan non formal
Pendidikan non formal di Jepang dikenal sebagai pendidikan sosial. Banyak tersedia untuk pendidikan non formal seperti pendidikan untuk remaja, usia lanjut, atau hobi seperti surat menyurat. Kegiatan pendidikan non formal di Jepang rata-rata dilaksanaan oleh lembaga non pemerintah seperti lembaga persuratkabaran, lembaga penyiaran, toko-toko, perusahaan dan lain-lain
Sistem Penilaian pada Pendidikan di Jepang
Tahun ajaran baru di sekolah-sekolah Jepang dimulai pada bulan April dan diakhiri pada bulan Maret tahun depannya. Sistem ini berlaku sama dari mulai TK hingga Perguruan Tinggi. Berbeda dengan Indonesia yang mengenal sistem dua semester, sekolah-sekolah di Jepang masih menggunakan sistem CAWU atau three terms, yaitu CAWU I dari April – Juli, CAWU II September- Desember, dan CAWU III dari bulan Januari hingga Maret. Liburan terpanjang ada pada bulan Agustus-September, yaitu selama 40 hari (liburan musim panas). 
Sejak bulan September 1992 Jepang menerapkan sistem 5 hari sekolah (Senin-Jumat), yang awalnya hanya diterapkan sekali sebulan, yaitu pada pekan pertama saja. Kemudian sejak April 1995, diterapkan dua kali sebulan, yaitu pada pekan ke-2 dan pekan terakhir. Dengan sistem ini hari efektif sekolah selama setahun sebanyak 220 hari. Angka ini tergolong tinggi dibandingkan dengan negara anggota OECD lainnya. 
Sistem akselerasi atau kelas percepatan untuk anak pandai juga tidak ada di Jepang, tetapi pada tahun 1990, MEXT pernah mengeluarkan kebijakan untuk mengijinkan anak di bawah 18 tahun melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Kesempatan ini terutama diberikan kepada anak jenius di bidang matematika dan sains. Namun kebijakan ini kelihatannya tidak berlanjut, karena asas homogenitas kelihatannya masih tetap kuat dipertahankan oleh para pendidik.
Pendidikan dasar (shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsoy education atau pendidikan dasar, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP.
Penilaian proses belajar dilakukan dengan ulangan harian yang bertujuan untuk mengecek daya tangkap siswa. Penilaian ulangan tidak menggunakan angka melainkan dengan huruf : A, B, C, kecuali untuk matematika. Tes IQ dilakukan pada siswa kelas 4 hingga kelas 6 untuk melihat kemampuan dasar siswa. Data ini tidak dipergunakan untuk mengelompokkan siswa berdasarkan hasil test IQ-nya, tetapi untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa dengan kemampuan di atas normal atau di bawah normal. Siswa-siswa di Jepang tidak dikelompokkan berdasarkan kepandaian, tetapi semua anak dianggap `bisa` mengikuti pelajaran, sehingga kelas berisi siswa dengan beragam kemampuan akademik.
Di tingkat SMP dan SMA ada dua kali ulangan yaitu mid test dan final test, tetapi tidak bersifat wajib ataupun nasional. Di beberapa prefecture (daerah) yang melaksanakan ujian, final test dilaksanakan serentak selama tiga hari, dengan materi ujian yang dibuat oleh sekolah berdasarkan standar dari Educational Board di setiap prefektur. Penilaian kelulusan siswa SMP dan SMA tidak berdasarkan hasil final test, tapi akumulasi dari nilai test sehari-hari, ekstra kurikuler, mid test dan final test. Dengan sistem seperti ini, tentu saja hampir 100% siswa naik kelas atau dapat lulus.
Selanjutnya siswa lulusan SMP dapat memilih SMA yang diminatinya dengan mengikuti ujian masuk SMA yang bersifat standar, artinya soal ujian dibuat oleh Educational Board di setiap prefektur. Di Aichi prefecture, SMA-SMA dikelompokkan dengan pengelompokan A, B. Pengelompokan tersebut dibuat dalam proses memilih SMA. Setiap siswa dapat memilih satu sekolah di kelompok A dan satu sekolah di kelompok B. Jika siswa lulus dalam kelompok A, maka secara otomatis dia gugur dari kelompok B. Dalam memilih SMA, siswa berkonsultasi dengan guru, orang tua atau disediakan lembaga khusus di Educational Board yang bertugas melayani konsultasi dalam memilih sekolah. Ujian masuk pun hampir serentak di seluruh Jepang dengan bidang studi yang sama yaitu, Bahasa Jepang, English, Math, Social Studies, dan Science. Di level ini siswa dapat memilih sekolah di distrik lain.
Kualifikasi Guru
Guru-guru sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang dididik dan dilatih oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi, seperti univeristas (daigaku) dan junior college (junior daigaku) yang dipilih oleh kementerian Pendidikan. Untuk menjadi pengajar sekolah dasar atau sekolah menengah negeri seorang calon harus mengikuti sistem rekrutmen. Pengangkatan dilakukan oleh dewan pendidikan distrik. Pengangkatan dilakukan atas dasar rekomendasi superinden distrik berdasarkan hasil ujian rekrutmen. 
Sertifikat mengajar untuk sekolah dasar hanya membolehkan guru mengajar pada sekolah dasar untuk seluruh mata pelajaran. Demikian juga guru yang yang memperroleh sertifikat mengajar untuk sekolah menengah hanya boleh mengajar di sekolah menengah dan membolehkan mereka mengajar hanya pada satu mata pelajaran saja.
Untuk mendapatkan tugas tambahan seperti kepala sekolah dan wakil kepala sekolah harus mengikuti serangkaian ujian dan menyelesaikan ”inservece training” khusus. Guru-guru di Jepang memiliki tingkat profesional yang lebih baik di bandingkan dengan Amerika Serikat. Guru-guru di Jepang dapat diberikan sanksi oleh sesama rekan profesi jika tidak menjalankan profesinya dengan baik
Sejalan dengan kualitas dan profesionalitas yang tinggi. Gaji guru di Jepang sangat memadai, sehingga guru-guru di Jepang sangat dihormati dan mendapat tempat. Guru-guru di Jepang mendapatkan gaji 1,77 kali gaji pegawai perusahaan dan merupakan gaji tertinggi di negara asia. Data yang dikutip dari buku Education at a Glance-nya OECD (Japan) menyebutkan bahwa seorang guru yang baru mengajar akan memperoleh 156,500 yen per bulan atau sekita 12 juta rupiah. Guru yang telah bekerja selama 20 tahun akan memperoleh gaji sebesar 362,900 yen atau setara dengan Rp 27,324,555 rupiah per bulan. Selain medapatkan gaji bulanan guru juga memperoleh pendapatan tambahan (adjusment allowance) sebesar 4% gaji bulanan. Bonus juga akan didapatkan 2 kali dalam setahun yaitu bulan Juni dan Desember sebesar 4.65% gaji bulanan. Sehingga guru yang bekerja selama 20 tahun akan menerima total penghasilan per bulan sebesar 362,900 plus (362,900×4%) = 377,416 yen. Dan akan menerima gaji per tahun sebesar 362,900×12 ditambah (362,900×4%x12) dan bonus (363,900×4.65%x2) sehingga total pendapatan 4,562,741.7 yen atau sekitar Rp342.205.627.500. Dengan gaji sebesar itu guru di Jepang tidak diperbolehkan melakukan kerja sambilan.
Categories:

0 komentar:

Posting Komentar